Sejak permulaan waktu...
Satu-satu debu membeku,
Memberat menjadi batu...
tak lagi berpindah-pindah
hinggap di gurun, di atas gunung-gunung...
atau dipermukaan sauh kehidupan...
sekarang aku bisa memilih diam, membiarkannya berlalu semauku...
Angin sekedar teman...
Sekalipun kencang, aku tiada ingin bergeming...
Ini bukan tentang sesuatu yang berbeda...
Tapi tak juga sama...
Aku hanya berganti rupa,
Dan mengeras...
Tak lagi takut dengan desau angin...
Aku tlah kuat walau dengan hantaman badai..
Sedang kau sebaliknya..
Mengakhiri waktu dan memudar...
Menciut mengeriput...
Seperti kesatria tua yang kalah perang...
Terdampar di tanah asing ketakberdayaan...
Kau di titik nadir sekarang...
Kau terperangkap,
Menanti pertolongan Tuhan yang sama asingnya bagimu..
Berdoalah sekencangnya,
Mohonkan kemuliaan dan kebugaran yang dulu kau genggam..
Pada Tuhan masa kecilmu..
Dan...
Waktu pula lah yang mengurung kita di pertemuan kecil...
Kita bertemu dalam tanah yang sama...
Tanah yang tak berarti apa-apa bagiku,
Tapi padang nestapa bagimu...
Aku tlah terbiasa, tapi kau masih tersiksa...
Sejak itu...
Hampir setiap hari kita bersapa,
Saling membicarakan kepedihan...
Aku bilang itu masa lalu,
Tapi tak begitu adanya bagimu...
Katamu di atas tanah ini kau akan membusuk,
Bersama masa indah yang terkorosi...
Tapi aku tak ingin kau segera mati...
Sunggguh aku masih ingin bicara banyak denganmu...
Mulai besok kau tak perlu menjadi besi masalalumu..
Katanya kuat, tapi dengan sedikit air saja kau hancur..
Jadilah apapun yang menjadikanmu abadi disisiku..
Setidaknya, kuatlah sampai hari-hari bagian kita kembali..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar