Jumat, 20 Desember 2013

18.12.2013



Selamat pagi ayah, ibu. Terima kasih sudah dari jauh-jauh hari berdoa untukku. Sekarang tiba saatnya saya berjubah hitam, bertoga. Seperti yang sudah ayah ibu bayangkan sejak pertama kali mendaftarkanku di perguruan tinggi.

Sebelumnya aku mohon maaf karena tak mendudukkan kalian di bangku terdepan, seperti halnya anak-anak yang cum laude. Tapi percayalah, aku sudah berusaha keras. Setidaknya ayah ibu tak perlu malu karena harus duduk paling belakang.

Ayah, ibu... Ini bukan hari besarku, ini hari besar kita. Inilah hasil kerja keras ayah ibu dalam materi, dalam doa, dalam harapan-harapan besar kalian untuk anak yang tidak seberapa berprestasi ini.
Ini hanya perayaan kecil. Ini hanya satu dari sekian banyak perhentian untuk mengantarku berjalan lebih jauh lagi.

Ayah, ibu, terima kasih atas segala yang telah kalian beri. Beberapa aku ingat bentuk dan jumlahnya, selebihnya aku sampai lupa karena begitu banyak dan seringnya. Juga terima kasih atas doa-doa baik, yang tanpanya aku tak akan bisa apa-apa. Terima kasih sudah begitu sering memohonkan hal-hal baik terjadi dalam hidupku, terima kasih sudah membujuk Allah untuk selalu meringankan dan memudahkan jalan hidupku. Ah siapalah aku ini tanpa belas kasihan dari-Nya.

Terakhir, izinkan aku melanjutkan perjalananku. Mengemasi perbekalan dan mengikatkan tali sepatu untuk segera pergi lagi. Seperti saat kalian akan melepasku pergi untuk pertama kalinya, maka ulurkan tangan kalian untuk kucium lagi, hujani aku dengan doa-doa yang lebih panjang dan lebih dalam karena perjalanan kali ini mungkin akan lebih jauh dan lebih berat lagi.

Doakan agar yang terjadi hari ini akan terulang lagi, untuk merayakan aku bertoga lagi, dan kalian duduk jauh lebih depan lagi. Aamiin..

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Dengan segala bentuk cinta,


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Tsania ulfah

Senin, 23 September 2013

Touching Father's Love

sedikit cerita tentang : hidup



Hari ke 8239 setelah aku lahir tibalah sebuah hari setelah tidur nyenyak semalaman dan televisi yang terus memberitakan kekalahan Manchester United atas Manchester City tadi malam. Tak ada rencana spesial untuk hari ini. Lalu aku bangun dan mengingat-ingat kejadian yang terjadi semalam. Oh aku ingat! Semalam sebelum tidur aku menghabiskan sebungkus kwetiaw goreng lengkap, ketemu DIA, aku ketiduran sebelum dia pulang, dan terbangun saat DIA sudah pulang dengan kamar yang sudah dia bereskan diam-diam. Aku tidur lagi. Terbangun lagi untuk shalat subuh. Itu saja.

Itu telah kurencanakan? Tidak. Aku membiarkan hari itu berjalan begitu saja, tanpa rencana.

Sebulan lalu, di tanggal 23 bulan berbeda aku bangun pagi sekali. Memakai baju rapi yang disetrika sehari sebelumnya. Membereskan tumpukan kertas. Ada mereka menyemangati. Telpon berdering. Banyak orang yang ikut berdebar. DIA sudah siap mengantar, dan terus merapal doa-doa. Aku? Aku jelas sedang berdebar sampai ke ubun-ubun. Segala sesuatu sudah aku siapkan. Tuhan, bantu aku! Aku adalah pemeran utama dalam episode sibuk ini. Aku berangkat. Aku melewati hari itu dengan gugup. Ya, sesuatu yang besar selalu berhasil membuatku gugup. Beberapa jam kemudian, hasilnya diumumkan. Hatiku bahagia tak terkira. AKU JADI SARJANA. Tepat seperti yang aku inginkan sejak pertama menginjakkan kaki di kampus.

Apa ini bagian dari rencana?  Ya, ini bagian dari rencana hidup yang Tuhan wujudkan. Dia telah menulisnya jauh sebelum aku lahir dan terjadi  tepat di hari ke8208 setelah kelahiranku.

Suatu hari yang aku rencanakan untuk bahagia di tanggal dan bulan yang sangat aku hafal. Empat maret, tanggal yang selalu aku tulis dimanapun aku harus mengisi tanggal lahir. Hari yang kata orang harus bahagia. Semalaman aku memencet tuts keyboard ponsel untuk membalas pesan selamat ulangtahun. Kali itu ulangtahunku yang ke 22. Usia yang ranum bagi wanita. Aku menerima kado, menerima doa. Tak hanya itu, aku melihat dia datang bersegera. Memberi hadiah indah. Hadiah apa? Ya hadiah kenyataan bahwa apa yang dia katakan setiap hari kenyataannya tak sama dengan yang aku baca di ponselmu. Ternyata ada oranglain yang juga menerima kata-kata manis. Aku tak apa-apa sebetulnya. Aku mencintaimu biasa-biasa saja. Aku Cuma tak suka saja, aku diperlakukan sama manisnya dengan oranglain. Egois, barangkali. Acara ulangtahun itu rusak. Memang ada kejutan. Tapi tidak seperti yang diceritakan orang soal bahagia.

Apa ini rencanaku? Tentu saja bukan. Aku adalah perempuan yang bahagia dan selalu berharap hari-hari tertentu jadi lebih bahagia dibanding hari lainnya.

Suatu hari disebuah hari minggu yang aku kira biasa. Aku sudah bersiap, menyalakan kompor dan berniat memberi masakkan terbaikku. Aku senang walau tak ada kabar jam berapa dia datang. Kemudian dia datang dengan muka masam. Walau tak diam, tapi tak seramah biasanya. Wangi masakan masih kusembunyikan di dapur. Kita duduk di ruang tamu yang sama. Dia mengutarakan rencananya meninggalkan aku. Aku diam saja, komat kamit berharap ini sebuah kejutan. Ternyata bukan. Tangis kita pecah. Sudah. Kisah kita selesai. Hari itu juga kita menggali kuburan atas harapan-harapan masa depan kita.

Apa ini bagian dari rencana besar hidupku? Mungkin air mata ini rencananya, tapi bukan rencanaku.

Suatu hari sepulang sekolah aku mendapati ibu sedang duduk di ruang tamunya. Memandangi mobil baru yang terparkir di halaman rumah berdampingan dengan mobil kesayanganku. Ibu bilang mobil itu yang akan menggantikan mobilku. Apa? Ya, begitulah. Itu memang bukan mobilku, karena aku tak membayarnya dengan uangku. Jadi ya terserah ibu saja. Dengan patah hati aku meninggalkan ruang tamu. Aku akan berpisah dengan JQ, mobil kesayanganku. Aku menangis patah hati. Tapi tak boleh terlihat sedih. Ini rencana Tuhan.
Apa ini rencanaku? Bukan. Ini rencana Tuhan untukku.


Suatu malam saat aku terbangun, aku membaca sebuat pesan singkat. Isinya biasa saja, namun nama pengirimnya yang luar biasa. Aku yang saat itu masing sangat muda, tentunya tak pernah membaca kalimat itu sebelumnya. Aku tak punya pertahanan untuk menolak segala kata-kata manis itu. Sulit dipercaya. Aku resmi berpacaran untuk pertama kalinya dengan dia yang bicara manis saja aku tak bisa membayangkan. karena dia ketus sekali kalau di sekolah. Besoknya aku baca ulang sms itu. Dia berjanji menemuiku sebelum masuk sekolah. Dan benar, pagi itu dia datang. Aku kira dia akan mengatakan yang lebih bikin melayang ketimbang sms dia semalam, tapi ternyata dia datang Cuma buat bilang “kalo disekolah kita pura-pura ga kenal aja seperti biasa” dengan gayanya yang khas. Lalu dia berlalu memasuki gerbang. Aku terpesona. Entah karena apa. Seharian aku bahagia. Bahagia atas hal bodoh kalo dipikir pake otak, bukan dengkul. Kejadian yang kemudian menjadi kenangan sedikit memalukan untuk ditulis delapan tahun kemudian.hihihihi...

Apa ini rencanaku? Mungkin iya, mungkin juga bukan. Mungkin secara tak sadar aku merencanakannya dalam harapan, tapi dia naksir balik itu tentu bukan rencanaku. Itu hadiah dari alam semesta untuk bocah kecil yang baru kenal cinta.

suatu hari di usiaku yang menginjak lima belas tahun. Aku bangun pagi seperti biasa dengan mata sembab karena seharian kemarin menangis. Rumah tampak sepi. Ada ayah menyeduh teh hangat dengan muka lesu. Kami mengobrol sedikit soal kepulangan eyang dari rumah sakit hari ini. Eyang memaksa ingin pulang kerumah padahal belum sembuh betul. Aku pergi sekolah ogah-ogahan. Hari berlalu, sampai sore hari eyang dibawa kerumah dengan muka segar. Memegang tanganku seperti takut kehilangan. Merapal doa-doa. Aku akan tumbuh besar. Jangan tinggalkan Tuhan dan kewajiban, katanya. Aku masih sesenggukan berusaha mengiyakan segala harapannya. Eyang pergi dalam desahan nafas terakhir. Tugasnya selesai diujung pesan kebaikannya untuk kami anak cucunya. Kami menangis mengantarkan beliau ke surga. Takut kalau-kalau kami rindu. Takut kalau-kalau kami akan lama sampai ke surganya karena tak cukup baik.  Hari berlalu bersama tsunami airmata. Meninggalkan kenangan jauh mendalam. Mengisi salah satu tangis paling menyedihkan di usia beliaku.

Apa ini rencanaku juga? Jelas bukan. Siapa yang mau separuh hidupnya pergi? Rasanya tak ada. Tapi ini rencana Dia yang Maha Pandai Merencanakan. Kita ikut saja. Walau sedikit berat.

Bagitu banyak kejadian.
Bahkan pengalaman buang air setiap hari pun memiliki ceritanya berbeda-beda.
Kita selalu berhasil masuk toilet dengan atau tanpa rencana terlebih dahulu.
indah atau tidak, jadinya tak jadi soal. dijalani saja...

Ah hidup...
Begitu banyak hal-hal menyenangkan yang mengisi perjalanannya.
Susah – Senang – Tawa – Duka – Airmata
Segalanya mengisi perjalanan lebih dari duapuluh dua tahun hidup. Atau bahkan lebih...
Direncakanan atau tidak, kalau Pemilik Semesta mau semua akan terjadi. Tapi percayalah, Dia bukan hendak menyakiti kita. Ada maksud Dia mengenalkan hal lain lebih dari itu. Itu Cuma bukti bahwa ada kebaikan dari lupa, ada kebaikan dari buang-buang airmata, ada kebaikan dari ditinggalkan...
Aku tak pernah bisa membayangkan lebih parahnya hidup tanpa hal yang terjadi. Lalu catatan hidup menjadi kosong tanpa rasa apa-apa. Kita mungkin akan seperti usia kerupuk yang berisi cerita dibuat-diangkut-dan dihancurkan dalam perut.

Iya, saya punya rencana. Dan. Iya, saya juga mensyukuri segala kejutan...

Senin, 16 September 2013

episode peluk



kamu menatap mataku dalam sekali, mencoba memerangkap aku...
aku sedikit tak berdaya, hati jadi tinggal sepasi
sisanya seperti coklat kepanasan, beleberan kemana-mana...

aku bergeming, menyelamatkan sisa-sisa hati yang belum mencair...
"matamu, yang kali ini berkeras menaklukan aku juga pernah menjadi mata yang pernah meluluhkan hati oranglain... sudahlah..."

kamu kehabisan akal.
memeluk aku seperti bayi beruang ringkih,
aku tak bisa apa-apa lagi...
katamu 
"hidup akan terlalu panjang untuk kau habiskan mencari dia yang benar-benar baru, adakah menjadikanmu yang terakhir ini membuatmu luluh sayangku?"

mulutku terkunci mencari jawaban...

"percayalah bahwa cinta itu selalu datang dengan berbeda, cinta akan datang menggantikan cinta yang mati sebelumnya, cinta tak pernah lahir seperti bayi kembar... aku mencitaimu dengan segenap cinta yang baru, bukan sisa cinta kemarin..."
"bisakah kita mengabaikan masalalu, seperti kita melupakan sulitnya mengisi jawaban ujian tahun lalu?"  

kamu mengejar arah pikiranku...
aku mencari kalimat untuk mengusirmu, tapi...

mungkin benar, dia yang mencitai kita juga pernah mencintai orang lain...
pelukannya yang menenangkan kita juga adalah pelukan yang pernah meredakan kesedihan oranglain...
tapi kita tak cukup banyak waktu luang untuk menghitungnya...
kita tak harus mengingat-ingat hal yang tidak perlu...
seperti kita tak perlu mengingat-ingat siapa saja yang masuk toilet yang sama,
kita cuma harus menikmati bahwa kini kita satu-satunya orang disitu...
mungkin sesederhana itu...

aku membalas pelukan, seperti bayi yang belajar memeluk ibunya
malu malu
hatiku mencair kemudian...

Senin, 02 September 2013

[pilihan]

kita sering dihadapkan pada hal-hal yang membuat hati serasa diiris-iris seperti bertemu mantan pacar yang asik gelendotan sama pacarnya yang padahal beberapa waktu sebelumnya dia bilang pingin balikan dan masih cinta, atau sekedar melihat gebetan (read it carefully : ge.be.tan bukan pacar) chating-chating genit sama perempuan lain setelah sebelumnya bilang yang manis-manis ke kita.

kita juga sering dihadapkan pada hal-hal yang menyebalkan semacam bangun tidur kedinginan karena selimutnya dipakai teman, atau melihat orang lain batuk/bersin ga ditutup dan memuncratkan sesuatu depan kita, atau sekedar teman seangkot yang gamau geser duduknya dan membiarkan kita kesempitan.

kita juga sering dihadapkan pada hal-hal yang menyedihkan seperti kehilangan keluarga, kehilangan kesempatan, perpisahan, kehabisan uang jajan, putus cinta, cinta ditolak atau malah gebetan ditikung teman.

tapi kita juga sering dihadapkan pada hal-hal manis semacam dipeluk murid-murid, dihadiahi, ditemenin tidur sama temen-temen, diberi kejutan, disayang, diberi senyuman.

kita juga sering dihadapkan pada hal-hal menyenangkan semacam dapet liburan menyenangkan, ketawa, nonton bioskop, nonton standup comedy, sepedahan, makan-makan, di traktir, beli tas baru, beli baju baru dsb dsb...

dan kita juga sering dihadapkan pada hal-hal mengharukan semacam dibantuin dengan tulus, dihadiahi oleh orang-orang yang ga diduga, diberi kejutan yang ga terduga, ah pokonya banyak..

hidup sering memaksa kita berhadapan dengan banyak hal, tak peduli ada atau tidak dalam rencana, suka atau tidak suka kita menghadapinya, semua akan terjadi juga.

lalu apa kita boleh bersedih dan murung? tentu saja boleh. tapi tidak untuk murung sepanjang tahun...
lalu apa kita boleh ceria berbahagia? tentu saja. bukankah hidup akan jauh lebih menyenangkan jika dijalani dengan keceriaan dan kebahagiaan...
kita memang diciptakan lengkap dengan amigdala yang mengatur emosi...

dalam keadaan tidak menyenangkan kita selalu diberi pilihan untuk diam sejenak dan berpikir ulang : bahwa kita bisa kok untuk tidak marah, bahwa kita masih bisa kok untuk sekedar sedih saja tanpa mencari-cari oranglain untuk disalahkan, bahwa kita masih bisa kok terpaksa memperlihatkan kemarahan tanpa menghina-hina oranglain, bahwa kita masih bisa kok sakit hati tanpa mengumbar kesedihan dan membuat skenario bahwa kita adalah korban yang menderita...

hidup terlalu panjang untuk dilalui dengan penuh kesedihan dan putus asa, hidup terlalu indah ditatap dengan hati yang buta warna, hidup terlalu banyak memberi kasih sayang untuk kita buat pelit dan posesif memberi kasih sayang...

setelah menyimpan isi kepala dalam tulisan ini semoga setiap saya membaca ulang saya terbangun dari mimpi buruk harapan palsu, dan tersadar dari menyalahkan hal-hal tidak menyenangkan...
setelah menuliskannya disini semoga selalu ada yang mengingatkan bahwa kita masih punya pilihan untuk mengacuhkan ajakan setan untuk mencak-mencak, bahwa kita masih punya pilihan untuk menatap dalam mata orang-orang yang mencintai kita dan membalas cintanya...

karena kebencian adalah perangkap setan agar dia banyak teman, karena kesedihan adalah penjara kehidupan...
karena hal-hal tidak menyenangkan itu ada hanya untuk membuktikan bahwa memang ada hal-hal dalam hidup yang dibuat untuk diacuhkan...


Senin, 22 Juli 2013

it's my relationship, not yours!

"there's no blueprint for happy relationship because each relationship is unique"
-Ninit Yunita

udah lama saya pengin nulis soal ini, tapi baru sekarang sempet nulis ini karena emang beneran ga tahan pengen ngeluarin unek-unek...
ini tahun 2013, masih aja yang harus ngebanding-bandingin kisah cinta...
ah come on, its so last yeaaaaarr..... *muka kesel*
saya nulis ini bukan cuma karena saya pernah tersinggung dengan kebiasaan membanding-bandingkan pengalaman cinta seseorang, tapi ya dengan melihat hal semacam itu terjadi seolah bukan apa-apa, kayanya kalo ngomong gitu ga ada tajem-tajemnya sama sekali gitu...
oke, mari kita tanya diri sendiri...
pernah ga ketika ada temen nikah dan ketemu temen yang masih single kita nanya : "kamu kapan nikah?"
pernah ga ketika kamu datang ketemu temen lama dan bilang : "yaampun kita ga ketemu segitu lama masa kamu masih jomblo aja.." atau "kamu mau nyari yang gimana lagi, kok sampe umur segini belum dapet-dapet juga.." (duh, ini kalimat kok jahat banget ya..)
pernah ga ketika kamu abis patah hati, terus liat temen kamu bahagia sama pasangannya dan kamu bilang : "halah paling bentar lagi bubar..." atau "ah namanya pasangan masih baru ya begitu, lama kelamaan juga ketauan jelek-jeleknya.."
dan pernah ga ketika kamu bahagia sama pasangan kamu, lalu liat temen kamu yang hubungannya berantakan kamu bilang "ih dia kok gitu ya, padahal pacar akumah -blablabla- muji-muji pasangan sendiri"

kalo keseringan ngejawab "ya!" dari pertanyaan tadi, itu tandanya kita kudu sering-sering tobat 
dan minta maaf... (yak! terlebih saya sendiri..)
tau gak, kadang karena kita asik sama hubungan kita sendiri kita sampe lupa perasaan orang lain, lupa juga kalo kebahagiaan itu bentuknya unik, ga harus diraih dengan cara yang sama, ga harus berbentuk hal yang sama...
bayangin aja kalo setiap orang bahagia dengan berpacarkan cowok ganteng dan kaya?
heloooowww... pacar kamu ga akan keliatan kaya lagi dong kalo semua orang udah kaya!
atau bayangin aja kalo simbol kebahagiaan itu cuma tercermin dari bisa nikah di usia muda?
berarti orang yang memprioritaskan hal lain diatas pernikahan itu kamu bilang sampah?
hihiii...
ah terlalu banyak pertanyaan memang, tapi mungkin dengan banyak bertanyalah kita jadi tahu..
saya nulis ini sebenernya untuk reminder ke diri sendiri, tapi kalo udah dalam bentuk tulisan kan mungkin akan dibaca orang dan mungkin akan membuka pikiran orang lain juga..
yuk kita sama-sama memahami keunikan ini, jangan menyimpulkan sesuatu yang ga kita tau didalamnya, jangan juga bikin oranglain merasa terpojok dengan sapaan kita..
ga lucu aja kan, udah ketemunya jarang, eh pas ketemu cuma nanyain "kok kamu keundangan datengnya sendirian, pasangannya mana?" yang nanya ngerasa perhatian, yang ditanya? belum tentuuu...
berpasangan itu unik, semua punya waktu yang tepat...
dan waktu yang tepat satu dan yang lainnya ga pernah bisa seragam kaya waktu masuk sekolah...
jadi tahan-tahan-dan tahan saat kalimat itu ingin diucapkan!
saya masih jauh harus belajar, dan masih harus berusaha kuat menggeser kalimat-kalimat itu ke tempat yang benar...
kadang satu kalimat tak sesederhana saat kita mengucapkannya, bagi oranglain...




suatu siang di kamar,
it's my relationship, not yours!

Minggu, 21 Juli 2013

.....


setiap orang, -bukan cuma saya- pasti pernah mengalami hal berat dalam hidupnya...
memang tak sampai bikin hidup benar-benar hancur, tapi cukuplah bikin kita mawas diri dalam hidup...
segala hal berat itu yang menambah perbendaharaan kata untuk bicara,
segala hal berat juga yang membuat kalimat jadi terasa hidup dan penuh perasaan...
 
                                Inilah kalimat paling menyedihkan yang pernah saya ucapkan :
jangan sakiti saya lagi
saya sudah tau rasanya di sia-siakan
tolong perlakukan saya dengan baik....

singkat, tapi saya yakin kamu yang membacanya tahu betapa bertenaganya kalimat itu,
beberapa kalimat itu adalah pengejawantahan sebuah harapan dari hidup yang pernah hancur....
saya mengucapkannya dengan bergetar, sungguh...


Minggu, 14 Juli 2013

sekolah pertama

suatu hari, lima belas tahun yang lalu...

saya masih ingat dengan rambut kelimis belah pinggir, tinggi badan hanya sepinggang orang dewasa, dan menggendong tas kipling warna hijau army yang talinya kepanjangan hadiah dari bibi...
saya jalan sendiri, dibelakang ada ibu dan uwa mengikuti. saya tak mau di tuntun, karena pada saat itu yang ada dalam pikiran saya anak SD sudah bukan anak TK lagi, tidak usah dituntun, bahkan tidak perlu diantar. tapi mereka memaksa.
SD saya terletak di sebuah kampung di Garut, tepatnya di belakang rumah nenek saya. sekolah itu dipilih begitu saja oleh ibu dengan pertimbangan agar tidak capek mengantar jemput dan tidak khawatir menyebrang jalan. sederhana sekali.
sekolahnyapun sederhana sekali, lapangan masih tanah merah, kelas-kelasnya terdiri dari bangunan permanen tapi sudah kusam, dan plang nama sekolah yang sudah karatan, tapi bagi saya ini tetaplah mewah... kenapa? karena ini SD, sekolah yang satu tingkat lebih tinggi dari sekolah saya sebelumnya di TK. pelajarannya pasti lebih susah, teman-temannya pasti lebih menyenangkan, dan gurunya mungkin lebih galak. pokonya serba lebih!
hari pertama saya duduk dengan teman sebangku namanya Yeti, anaknya pendiam. bahkan terlalu pendiam untuk ukuran anak SD. anak SD kan harus berani angkat tangan dan menjawab pertanyaan bu guru. Yeti ini kalah telak dan sepertinya tidak cocok dengan teman sebangkunya (baca : saya). besoknya Bu guru menukar Yeti dengan Ayu. jadilah saya sebangku dengan Ayu. kami cocok, walaupun pada saat itu Ayu sering bertanya-tanya kenapa nama saya Tsania, kenapa ga Tania atau Sania aja. ah namanya juga anak kelas satu SD.
ohya, pada hari pertama itu saya mulai tahu aturan baru anak SD : pulang sekolah boleh main dan tak harus tidur siang seperti saat TK, tulisan harus tegak bersambung, pulangnya harus bareng, berangkat harus nyamper dan pergi sama-sama, dan yang paling penting dan baru ; harus ikut-ikutan jajan makanan bersaos yang dulunya saya selalu dilarang.
ah senangnya jadi anak SD.
di sekolah ini saya cukup spesial, karena semua guru disana kenal dengan keluarga. kepala sekolahnya adalah teman kakek saya. bahkan saking spesialnya, saya memilih sendiri mau masuk ke kelas 1A atau kelas 1B, dan saya memilih kelas 1B karena gurunya Bu Nunung, beliau sudah agak tua dan kata ibu kalau guru yang sudah tua itu bagus. ah. tapi mungkin ada benarnya, Bu Nunung ini walaupun sudah tua tetap hebat. dulu saya adalah satu-satunya murid kelas satu yang sudah mengenal huruf A-Z dan berhitung sederhana -FYI, dulu anak SD belum wajib masuk TK- dan saya selalu bisa membaca abjad ABCD. karena Bu Nunung ingin memastikan saya bisa membaca dan bukan hanya memnghafal huruf-huruf itu, beliau secara khusus mengajarkan alfabet dengan acak yang sampai saat ini saya masih ingat AIUBNMST, bukan lagi ABCD. teruuus saja diulang-ulang setiap hari. setelah saya bisa, saya selalu diberi pelajaran tambahan yang sedikit lebih tinggi dari teman-teman. menurut saya Bu Nunung ini canggih pada jamannya, beliau sudah menerapkan mengajar sesuai kebutuhan.

bertahun-tahun saya sangat menikmati sekolah SD saya, walaupun dengan sepatu yang mudah kotor dan bau matahari. sekolah SD adalah surga masa kecil saya. tak peduli tempatnya dimana dan akreditasinya apa, saya cuma tahu disana tempat saya menemukan sahabat, tempat kaki saya pertama kali terluka kena duri di kebun, tempat saya belajar ngepel lantai kelas, tempat saya belajar makan jajanan anak SD yang asal berwarna merah dan gurih, tempat saya mendapat piala pertama saya, tempat saya belajar berantem dengan teman laki-laki saya, dan mengenal apa yang sulit saya temukan sekarang...

tahun lalu saya sengaja mengunjungi sekolah saya itu, namanya sudah berganti SDN Pasawahan V, bangunannya sudah mulai bagus dan cat yang mencolok. kepala sekolah yang baru, guru-guru yang sudah berganti jadi guru muda, dan alumninya yang sudah sampai ke Universitas ternama...

hari ini, limabelas tahun dari saat itu saya sudah berada di tempat yang berbeda dan mengenangnya, tanpa kesan pertama itu saya yakin tulisan ini tak akan pernah muncul...
hari ini juga, ribuan anak lain sedang meresapi kesan pertama menjadi anak SD...
semoga mereka mendapatkan surganya, bukan cuma pride orang tua..

Selasa, 02 Juli 2013

sesederhana itu.


Caraku mencintaimu sangatlah sederhana,

Sekedar mencicipi seujung sendok minuman hangat untukmu

Memastikan rasanya selalu enak di lidahmu...


Caraku mencintaimu masih sesederhana itu,

Sekedar menutup mengisik mata saat aku sudah mengantuk,

Demi menemanimu selesai bicara....


Caraku mencintaimu masih sama,

Sekedar mengatakan segala impian masa depan yang biasa kurahasiakan,

Karena tahu kamu bagian dari impian itu...


Caraku mencintaimu tetep sama,

Sekedar mencarimu saat terbangun tengah malam,

Itu karena cuma kamu saja yang aku mau...


Dan caraku mencintaimu masih akan tetap sama,

Sekedar mengomentari penampilanmu sampai sedetail itu,

Memastikan kamu satu-satunya pria yang mencuri perhatianku...


Ya, sesederhana itu...

Aku mencintaimu, setiap hari...

Senin, 01 Juli 2013

tapi.

ada saatnya kita ingin dipeluk tapi tak ada yang mau memeluk...
ada saatnya kita ingin terus sama-sama tapi harus berpisah...
ada saatnya kita ingin cepat tapi semua berjalan lamban...
ada saatnya kita ingin makan tapi harus berpuasa...
ada saatnya kita ingin manis tapi malah dapet yang pahit...
ada saatnya kita ingin cerah tapi diberi hujan...
ada saatnya kita ingin belanja tapi uangnya tidak ada...
ada saatnya kita ingin bicara tapi tidak bisa...
ada saatnya kita ingin tertawa tapi malah dibikin nangis...
ada saatnya kita ingin mereka tapi yang datang adalah lain...
ada saatnya kita ingin tapi tidak bisa...
dan seringnya kita lupa mengeluhkan ketika merasa tidak pantas mendapatkan apa-apa tapi semua diberi dengan percuma...
kita selalu lupa bahwa kita terlalu pongah dan brengsek tapi semuanya tersedia menghidupi kita...

hidup kadang berisi banyak hal yang tak kita inginkan,
takdir kadangan berjalan berlainan dengan yang kita mau,
tapi itu semua selalu selesai...
sampai hari ini kita selalu berhasil menerima apa yang katanya tidak kita ingin...
hidup adalah bukti bahwa kata tapi hanyalah sementara,
sampai kita benar-benar bertemu waktu untuk menerimanya...
sampai kita tahu bahwa tapi hanyalah bukti ketidaktahuan kita saja..
sampai kita sadar bahwa tapi cuma rekaan kita saja, untuk menutupi bahwa kita selalu sok tahu apa yang sesungguhnya kita tidak ketahui seutuhnya...





suatu sore dicicendo,

Tsania -yang sedang mencoba menahan bilang banyak tapi-