sekolah pertama
suatu hari, lima belas tahun yang lalu...

saya masih ingat dengan rambut kelimis belah pinggir, tinggi badan hanya sepinggang orang dewasa, dan menggendong tas kipling warna hijau army yang talinya kepanjangan hadiah dari bibi...
saya jalan sendiri, dibelakang ada ibu dan uwa mengikuti. saya tak mau di tuntun, karena pada saat itu yang ada dalam pikiran saya anak SD sudah bukan anak TK lagi, tidak usah dituntun, bahkan tidak perlu diantar. tapi mereka memaksa.
SD saya terletak di sebuah kampung di Garut, tepatnya di belakang rumah nenek saya. sekolah itu dipilih begitu saja oleh ibu dengan pertimbangan agar tidak capek mengantar jemput dan tidak khawatir menyebrang jalan. sederhana sekali.
sekolahnyapun sederhana sekali, lapangan masih tanah merah, kelas-kelasnya terdiri dari bangunan permanen tapi sudah kusam, dan plang nama sekolah yang sudah karatan, tapi bagi saya ini tetaplah mewah... kenapa? karena ini SD, sekolah yang satu tingkat lebih tinggi dari sekolah saya sebelumnya di TK. pelajarannya pasti lebih susah, teman-temannya pasti lebih menyenangkan, dan gurunya mungkin lebih galak. pokonya serba lebih!
hari pertama saya duduk dengan teman sebangku namanya Yeti, anaknya pendiam. bahkan terlalu pendiam untuk ukuran anak SD. anak SD kan harus berani angkat tangan dan menjawab pertanyaan bu guru. Yeti ini kalah telak dan sepertinya tidak cocok dengan teman sebangkunya (baca : saya). besoknya Bu guru menukar Yeti dengan Ayu. jadilah saya sebangku dengan Ayu. kami cocok, walaupun pada saat itu Ayu sering bertanya-tanya kenapa nama saya Tsania, kenapa ga Tania atau Sania aja. ah namanya juga anak kelas satu SD.
ohya, pada hari pertama itu saya mulai tahu aturan baru anak SD : pulang sekolah boleh main dan tak harus tidur siang seperti saat TK, tulisan harus tegak bersambung, pulangnya harus bareng, berangkat harus nyamper dan pergi sama-sama, dan yang paling penting dan baru ; harus ikut-ikutan jajan makanan bersaos yang dulunya saya selalu dilarang.
ah senangnya jadi anak SD.
di sekolah ini saya cukup spesial, karena semua guru disana kenal dengan keluarga. kepala sekolahnya adalah teman kakek saya. bahkan saking spesialnya, saya memilih sendiri mau masuk ke kelas 1A atau kelas 1B, dan saya memilih kelas 1B karena gurunya Bu Nunung, beliau sudah agak tua dan kata ibu kalau guru yang sudah tua itu bagus. ah. tapi mungkin ada benarnya, Bu Nunung ini walaupun sudah tua tetap hebat. dulu saya adalah satu-satunya murid kelas satu yang sudah mengenal huruf A-Z dan berhitung sederhana -FYI, dulu anak SD belum wajib masuk TK- dan saya selalu bisa membaca abjad ABCD. karena Bu Nunung ingin memastikan saya bisa membaca dan bukan hanya memnghafal huruf-huruf itu, beliau secara khusus mengajarkan alfabet dengan acak yang sampai saat ini saya masih ingat AIUBNMST, bukan lagi ABCD. teruuus saja diulang-ulang setiap hari. setelah saya bisa, saya selalu diberi pelajaran tambahan yang sedikit lebih tinggi dari teman-teman. menurut saya Bu Nunung ini canggih pada jamannya, beliau sudah menerapkan mengajar sesuai kebutuhan.
bertahun-tahun saya sangat menikmati sekolah SD saya, walaupun dengan sepatu yang mudah kotor dan bau matahari. sekolah SD adalah surga masa kecil saya. tak peduli tempatnya dimana dan akreditasinya apa, saya cuma tahu disana tempat saya menemukan sahabat, tempat kaki saya pertama kali terluka kena duri di kebun, tempat saya belajar ngepel lantai kelas, tempat saya belajar makan jajanan anak SD yang asal berwarna merah dan gurih, tempat saya mendapat piala pertama saya, tempat saya belajar berantem dengan teman laki-laki saya, dan mengenal apa yang sulit saya temukan sekarang...
tahun lalu saya sengaja mengunjungi sekolah saya itu, namanya sudah berganti SDN Pasawahan V, bangunannya sudah mulai bagus dan cat yang mencolok. kepala sekolah yang baru, guru-guru yang sudah berganti jadi guru muda, dan alumninya yang sudah sampai ke Universitas ternama...
hari ini, limabelas tahun dari saat itu saya sudah berada di tempat yang berbeda dan mengenangnya, tanpa kesan pertama itu saya yakin tulisan ini tak akan pernah muncul...
hari ini juga, ribuan anak lain sedang meresapi kesan pertama menjadi anak SD...
semoga mereka mendapatkan surganya, bukan cuma pride orang tua..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar