Senin, 22 Juli 2013

it's my relationship, not yours!

"there's no blueprint for happy relationship because each relationship is unique"
-Ninit Yunita

udah lama saya pengin nulis soal ini, tapi baru sekarang sempet nulis ini karena emang beneran ga tahan pengen ngeluarin unek-unek...
ini tahun 2013, masih aja yang harus ngebanding-bandingin kisah cinta...
ah come on, its so last yeaaaaarr..... *muka kesel*
saya nulis ini bukan cuma karena saya pernah tersinggung dengan kebiasaan membanding-bandingkan pengalaman cinta seseorang, tapi ya dengan melihat hal semacam itu terjadi seolah bukan apa-apa, kayanya kalo ngomong gitu ga ada tajem-tajemnya sama sekali gitu...
oke, mari kita tanya diri sendiri...
pernah ga ketika ada temen nikah dan ketemu temen yang masih single kita nanya : "kamu kapan nikah?"
pernah ga ketika kamu datang ketemu temen lama dan bilang : "yaampun kita ga ketemu segitu lama masa kamu masih jomblo aja.." atau "kamu mau nyari yang gimana lagi, kok sampe umur segini belum dapet-dapet juga.." (duh, ini kalimat kok jahat banget ya..)
pernah ga ketika kamu abis patah hati, terus liat temen kamu bahagia sama pasangannya dan kamu bilang : "halah paling bentar lagi bubar..." atau "ah namanya pasangan masih baru ya begitu, lama kelamaan juga ketauan jelek-jeleknya.."
dan pernah ga ketika kamu bahagia sama pasangan kamu, lalu liat temen kamu yang hubungannya berantakan kamu bilang "ih dia kok gitu ya, padahal pacar akumah -blablabla- muji-muji pasangan sendiri"

kalo keseringan ngejawab "ya!" dari pertanyaan tadi, itu tandanya kita kudu sering-sering tobat 
dan minta maaf... (yak! terlebih saya sendiri..)
tau gak, kadang karena kita asik sama hubungan kita sendiri kita sampe lupa perasaan orang lain, lupa juga kalo kebahagiaan itu bentuknya unik, ga harus diraih dengan cara yang sama, ga harus berbentuk hal yang sama...
bayangin aja kalo setiap orang bahagia dengan berpacarkan cowok ganteng dan kaya?
heloooowww... pacar kamu ga akan keliatan kaya lagi dong kalo semua orang udah kaya!
atau bayangin aja kalo simbol kebahagiaan itu cuma tercermin dari bisa nikah di usia muda?
berarti orang yang memprioritaskan hal lain diatas pernikahan itu kamu bilang sampah?
hihiii...
ah terlalu banyak pertanyaan memang, tapi mungkin dengan banyak bertanyalah kita jadi tahu..
saya nulis ini sebenernya untuk reminder ke diri sendiri, tapi kalo udah dalam bentuk tulisan kan mungkin akan dibaca orang dan mungkin akan membuka pikiran orang lain juga..
yuk kita sama-sama memahami keunikan ini, jangan menyimpulkan sesuatu yang ga kita tau didalamnya, jangan juga bikin oranglain merasa terpojok dengan sapaan kita..
ga lucu aja kan, udah ketemunya jarang, eh pas ketemu cuma nanyain "kok kamu keundangan datengnya sendirian, pasangannya mana?" yang nanya ngerasa perhatian, yang ditanya? belum tentuuu...
berpasangan itu unik, semua punya waktu yang tepat...
dan waktu yang tepat satu dan yang lainnya ga pernah bisa seragam kaya waktu masuk sekolah...
jadi tahan-tahan-dan tahan saat kalimat itu ingin diucapkan!
saya masih jauh harus belajar, dan masih harus berusaha kuat menggeser kalimat-kalimat itu ke tempat yang benar...
kadang satu kalimat tak sesederhana saat kita mengucapkannya, bagi oranglain...




suatu siang di kamar,
it's my relationship, not yours!

Minggu, 21 Juli 2013

.....


setiap orang, -bukan cuma saya- pasti pernah mengalami hal berat dalam hidupnya...
memang tak sampai bikin hidup benar-benar hancur, tapi cukuplah bikin kita mawas diri dalam hidup...
segala hal berat itu yang menambah perbendaharaan kata untuk bicara,
segala hal berat juga yang membuat kalimat jadi terasa hidup dan penuh perasaan...
 
                                Inilah kalimat paling menyedihkan yang pernah saya ucapkan :
jangan sakiti saya lagi
saya sudah tau rasanya di sia-siakan
tolong perlakukan saya dengan baik....

singkat, tapi saya yakin kamu yang membacanya tahu betapa bertenaganya kalimat itu,
beberapa kalimat itu adalah pengejawantahan sebuah harapan dari hidup yang pernah hancur....
saya mengucapkannya dengan bergetar, sungguh...


Minggu, 14 Juli 2013

sekolah pertama

suatu hari, lima belas tahun yang lalu...

saya masih ingat dengan rambut kelimis belah pinggir, tinggi badan hanya sepinggang orang dewasa, dan menggendong tas kipling warna hijau army yang talinya kepanjangan hadiah dari bibi...
saya jalan sendiri, dibelakang ada ibu dan uwa mengikuti. saya tak mau di tuntun, karena pada saat itu yang ada dalam pikiran saya anak SD sudah bukan anak TK lagi, tidak usah dituntun, bahkan tidak perlu diantar. tapi mereka memaksa.
SD saya terletak di sebuah kampung di Garut, tepatnya di belakang rumah nenek saya. sekolah itu dipilih begitu saja oleh ibu dengan pertimbangan agar tidak capek mengantar jemput dan tidak khawatir menyebrang jalan. sederhana sekali.
sekolahnyapun sederhana sekali, lapangan masih tanah merah, kelas-kelasnya terdiri dari bangunan permanen tapi sudah kusam, dan plang nama sekolah yang sudah karatan, tapi bagi saya ini tetaplah mewah... kenapa? karena ini SD, sekolah yang satu tingkat lebih tinggi dari sekolah saya sebelumnya di TK. pelajarannya pasti lebih susah, teman-temannya pasti lebih menyenangkan, dan gurunya mungkin lebih galak. pokonya serba lebih!
hari pertama saya duduk dengan teman sebangku namanya Yeti, anaknya pendiam. bahkan terlalu pendiam untuk ukuran anak SD. anak SD kan harus berani angkat tangan dan menjawab pertanyaan bu guru. Yeti ini kalah telak dan sepertinya tidak cocok dengan teman sebangkunya (baca : saya). besoknya Bu guru menukar Yeti dengan Ayu. jadilah saya sebangku dengan Ayu. kami cocok, walaupun pada saat itu Ayu sering bertanya-tanya kenapa nama saya Tsania, kenapa ga Tania atau Sania aja. ah namanya juga anak kelas satu SD.
ohya, pada hari pertama itu saya mulai tahu aturan baru anak SD : pulang sekolah boleh main dan tak harus tidur siang seperti saat TK, tulisan harus tegak bersambung, pulangnya harus bareng, berangkat harus nyamper dan pergi sama-sama, dan yang paling penting dan baru ; harus ikut-ikutan jajan makanan bersaos yang dulunya saya selalu dilarang.
ah senangnya jadi anak SD.
di sekolah ini saya cukup spesial, karena semua guru disana kenal dengan keluarga. kepala sekolahnya adalah teman kakek saya. bahkan saking spesialnya, saya memilih sendiri mau masuk ke kelas 1A atau kelas 1B, dan saya memilih kelas 1B karena gurunya Bu Nunung, beliau sudah agak tua dan kata ibu kalau guru yang sudah tua itu bagus. ah. tapi mungkin ada benarnya, Bu Nunung ini walaupun sudah tua tetap hebat. dulu saya adalah satu-satunya murid kelas satu yang sudah mengenal huruf A-Z dan berhitung sederhana -FYI, dulu anak SD belum wajib masuk TK- dan saya selalu bisa membaca abjad ABCD. karena Bu Nunung ingin memastikan saya bisa membaca dan bukan hanya memnghafal huruf-huruf itu, beliau secara khusus mengajarkan alfabet dengan acak yang sampai saat ini saya masih ingat AIUBNMST, bukan lagi ABCD. teruuus saja diulang-ulang setiap hari. setelah saya bisa, saya selalu diberi pelajaran tambahan yang sedikit lebih tinggi dari teman-teman. menurut saya Bu Nunung ini canggih pada jamannya, beliau sudah menerapkan mengajar sesuai kebutuhan.

bertahun-tahun saya sangat menikmati sekolah SD saya, walaupun dengan sepatu yang mudah kotor dan bau matahari. sekolah SD adalah surga masa kecil saya. tak peduli tempatnya dimana dan akreditasinya apa, saya cuma tahu disana tempat saya menemukan sahabat, tempat kaki saya pertama kali terluka kena duri di kebun, tempat saya belajar ngepel lantai kelas, tempat saya belajar makan jajanan anak SD yang asal berwarna merah dan gurih, tempat saya mendapat piala pertama saya, tempat saya belajar berantem dengan teman laki-laki saya, dan mengenal apa yang sulit saya temukan sekarang...

tahun lalu saya sengaja mengunjungi sekolah saya itu, namanya sudah berganti SDN Pasawahan V, bangunannya sudah mulai bagus dan cat yang mencolok. kepala sekolah yang baru, guru-guru yang sudah berganti jadi guru muda, dan alumninya yang sudah sampai ke Universitas ternama...

hari ini, limabelas tahun dari saat itu saya sudah berada di tempat yang berbeda dan mengenangnya, tanpa kesan pertama itu saya yakin tulisan ini tak akan pernah muncul...
hari ini juga, ribuan anak lain sedang meresapi kesan pertama menjadi anak SD...
semoga mereka mendapatkan surganya, bukan cuma pride orang tua..

Selasa, 02 Juli 2013

sesederhana itu.


Caraku mencintaimu sangatlah sederhana,

Sekedar mencicipi seujung sendok minuman hangat untukmu

Memastikan rasanya selalu enak di lidahmu...


Caraku mencintaimu masih sesederhana itu,

Sekedar menutup mengisik mata saat aku sudah mengantuk,

Demi menemanimu selesai bicara....


Caraku mencintaimu masih sama,

Sekedar mengatakan segala impian masa depan yang biasa kurahasiakan,

Karena tahu kamu bagian dari impian itu...


Caraku mencintaimu tetep sama,

Sekedar mencarimu saat terbangun tengah malam,

Itu karena cuma kamu saja yang aku mau...


Dan caraku mencintaimu masih akan tetap sama,

Sekedar mengomentari penampilanmu sampai sedetail itu,

Memastikan kamu satu-satunya pria yang mencuri perhatianku...


Ya, sesederhana itu...

Aku mencintaimu, setiap hari...

Senin, 01 Juli 2013

tapi.

ada saatnya kita ingin dipeluk tapi tak ada yang mau memeluk...
ada saatnya kita ingin terus sama-sama tapi harus berpisah...
ada saatnya kita ingin cepat tapi semua berjalan lamban...
ada saatnya kita ingin makan tapi harus berpuasa...
ada saatnya kita ingin manis tapi malah dapet yang pahit...
ada saatnya kita ingin cerah tapi diberi hujan...
ada saatnya kita ingin belanja tapi uangnya tidak ada...
ada saatnya kita ingin bicara tapi tidak bisa...
ada saatnya kita ingin tertawa tapi malah dibikin nangis...
ada saatnya kita ingin mereka tapi yang datang adalah lain...
ada saatnya kita ingin tapi tidak bisa...
dan seringnya kita lupa mengeluhkan ketika merasa tidak pantas mendapatkan apa-apa tapi semua diberi dengan percuma...
kita selalu lupa bahwa kita terlalu pongah dan brengsek tapi semuanya tersedia menghidupi kita...

hidup kadang berisi banyak hal yang tak kita inginkan,
takdir kadangan berjalan berlainan dengan yang kita mau,
tapi itu semua selalu selesai...
sampai hari ini kita selalu berhasil menerima apa yang katanya tidak kita ingin...
hidup adalah bukti bahwa kata tapi hanyalah sementara,
sampai kita benar-benar bertemu waktu untuk menerimanya...
sampai kita tahu bahwa tapi hanyalah bukti ketidaktahuan kita saja..
sampai kita sadar bahwa tapi cuma rekaan kita saja, untuk menutupi bahwa kita selalu sok tahu apa yang sesungguhnya kita tidak ketahui seutuhnya...





suatu sore dicicendo,

Tsania -yang sedang mencoba menahan bilang banyak tapi-