Selamat pagi ayah, ibu. Terima kasih sudah dari jauh-jauh
hari berdoa untukku. Sekarang tiba saatnya saya berjubah hitam, bertoga.
Seperti yang sudah ayah ibu bayangkan sejak pertama kali mendaftarkanku di
perguruan tinggi.
Sebelumnya aku mohon maaf karena tak mendudukkan kalian di
bangku terdepan, seperti halnya anak-anak yang cum laude. Tapi percayalah, aku
sudah berusaha keras. Setidaknya ayah ibu tak perlu malu karena harus duduk
paling belakang.
Ayah, ibu... Ini bukan hari besarku, ini hari besar kita.
Inilah hasil kerja keras ayah ibu dalam materi, dalam doa, dalam harapan-harapan
besar kalian untuk anak yang tidak seberapa berprestasi ini.
Ini hanya perayaan kecil. Ini hanya satu dari sekian banyak
perhentian untuk mengantarku berjalan lebih jauh lagi.
Ayah, ibu, terima kasih atas segala yang telah kalian beri.
Beberapa aku ingat bentuk dan jumlahnya, selebihnya aku sampai lupa karena
begitu banyak dan seringnya. Juga terima kasih atas doa-doa baik, yang tanpanya
aku tak akan bisa apa-apa. Terima kasih sudah begitu sering memohonkan hal-hal
baik terjadi dalam hidupku, terima kasih sudah membujuk Allah untuk selalu meringankan
dan memudahkan jalan hidupku. Ah siapalah
aku ini tanpa belas kasihan dari-Nya.
Terakhir, izinkan aku melanjutkan perjalananku. Mengemasi
perbekalan dan mengikatkan tali sepatu untuk segera pergi lagi. Seperti saat
kalian akan melepasku pergi untuk pertama kalinya, maka ulurkan tangan kalian
untuk kucium lagi, hujani aku dengan doa-doa yang lebih panjang dan lebih dalam
karena perjalanan kali ini mungkin akan lebih jauh dan lebih berat lagi.
Doakan agar yang terjadi hari ini akan terulang lagi, untuk
merayakan aku bertoga lagi, dan kalian duduk jauh lebih depan lagi. Aamiin..
Dengan
segala bentuk cinta,
Tsania
ulfah
